Tentang Belajar
Karena belajar tak semata dari balik tembok sekolah.
Belajarlah dimanapun kamu berada.
Belajarlah dimanapun kaki menapak.
Belajarlah dan terbarkan ilmu untuk mereka yang kehausan.
Belajarlah dimanapun kamu berada.
Belajarlah dimanapun kaki menapak.
Belajarlah dan terbarkan ilmu untuk mereka yang kehausan.
Jangan melihat siapa dia,
Tapi lihatlah apa yang dia sampaikan,
Tak selamanya yang besar, tua, dan senior mumpuni,
Mungkin iya, tapi hanya satu dari seper seribu ilmu,
Bisa jadi dari yang terkecilah kita menemukan "Intan" yang selama ini kita cari.
Andre, anak kelas 3 SD, yang saya temui dengan tidak sengaja di Pantai Payangan telah mengajarkan saya betapa cinta mampu melumpuhkan rasa lara.
Disaat teman-temannya asik menikmati libur akhir pekan, dia rela menggadaikan waktu bermainya untuk berjualan demi menyambung pendidikan dan membantu ekonomi keluarga. Bukan karena orang tuanya tak sayang, bukan, sungguh bukan karena itu. Tak ada orang tua yang tak sayang pada anaknya. Saya yakin tak ada orang tua yang "Tega" membiarkan anak kelas 3 SD berjualan seorang diri dipinggiran pantai yang notabene rumahnya bukan daerah situ.
"Andre ndak malu berjualan disini?"
dia menggelengkan kepala.
"Kalau ketemu teman-teman andre disini juga ndak malu?"
kembali dia gelengkan kepala, "kalau malu ndak kak, cuma kadang sedih"
"Sedih kenapa?"
"Karena andre tidak bisa seperti mereka, liburan dengan semua anggota keluarga"
Glek. Kering tenggorokan seketika.
"Andre kenapa mau berjualan disini? kan jauh dari rumah?"
"Biasaya saya julan disekolah, dirumah juga, tapi setiap hari libur saya jualannya di pantai, biar dapat uang banyak"
"Emang uangnya buat apa? kan dapat dari ibu?" tanya saya masih penasaran denan sosok mungil ini.
"Buat beli susu adik, buat beli beras ibuk, buat beli alat sekolah".
Lama saya berbincang dengan si anak keren ini. Hingga saya mendapat kesimpulan bahwa dia berjualan karena ketidak beradaan ekonomi. Faktor keadaan memaksa untuk membantu orang tuanya mencari rupiah. Ibuknya terkadang membantu tetangga cuci baju dan kegiatan rumah tangga lainnya, sementara ayahnya kerja serabutan, adiknya masih kecil, dan dia anak terbesar.
"Capek ndak andre kalau jualan begini"
"Capek sudah biasa buat saya kak, saking biasanya capek sudah sangat bersahabat dengan saya, kalau nurutin capek ya ndak dapat duit, kalau ndak dapat duit gak bisa pulang, dan gak bisa beli beras kak" jawabnya dengan senyum yang masih tetap merekah diwajahnya.
Sungguh anak yang sangat luar biasa. Tak bisa membayangkan jikalau posisi saya berganti menjadi dia. Tentu tak akan setegar dan sekuat si anak ini. Lagi-lagi rasa cintalah yang akan mengalahkan semua rasa sakit yang mendera.
Percakapan kami selesai ketika Adzan Dhuhur berkumandang. Dua minumah dan 3 snack terbungkus dalam satu kantong kresek untuk saya.
"Saya sholat dulu ya kak, doakan saya ya, biar dagangan saya habis hari ini, sudah 3 hari saya sepi pembeli"
Saya masih bengong karena kembali diberi kejutan. Anak kelas 3 SD? punya fikiran seperti itu sungguh luar biasa bukan. Sholat? adik gue kalau ndak dijewer ndak bakalan mau sholat. Ini anak keren bener. bener-bener menghipnotis gue.
"Kak saya sholat dulu"
"Eh iya hati-hati ya, salam buat keluar dari kakak ya kalau ntar nyampek rumah. terimakasih pelajarannya hari ini".
Terimakasih atas ilmunya adik sholeh,
Semoga Allah senantiasa menjaga dan melancarkan segala aktifitasmu,
See you on TOP (firdaus).
Comments
Post a Comment