Berprestasi Tapi Tak Terisi!
Apakah kita termasuk seseorang yang menginginkan prestasi disepanjang tempat kita berada? Terlebih ditempat-tempat kita belajar
dan bekerja. Siapa yang tak bangga jika karir prestasi belajarnya
melejit atau mendapat penghargaan ditempatnya bekerja? Tidak ada.
Semuanya akan merasa senang pada hal itu. Tapi, kali ini, di tulisan
ini, saya akan memberikan sedikit kisah nyata bagi kita semua, bagi saya
utamanya.
Dia adalah salah satu mahasiswa terbaik dikampusnya. Dia adalah mahasiswa yang multitalenta, bukan hanya dibidang akademik tapi juga berbagai lomba regional atau nasional entah yang berbau seni atau ilmiah. Semuanya dia lakoni, hingga dipenghujung dia lulus dari kampus tersebut, dia dinobatkan menjadi mahasiswa berprestasi. Hebat bukan? Sangat. Tapi tunggu, ada hal lain yang belum selesai dari kisah ini, suatu ketika, dia datang pada seorang teman dan bercerita tentang apa yang sejujurnya dia alami. Dia merasa kosong. Ada suatu hal yang hilang dari jiwanya. Dia merasa bukanlah yang dulu, yang ketika di pondok pesantren merasakan atmosfer ketenangan hati. Dia sedikit demi sedikit berubah. Dia rapuh. Jiwanya rapuh. Dan itu dia rasakan dari hari ke hari. Hingga akhirnya dia tak tahan dan datang pada salah seorang ustadz terkemuka di daerah tersebut. Sang ustadz pun tahu apa yang dia butuhkan, hingga akhirnya dia pun diru’yah (diobati dengan membacakan ayat2 Al Qur’an-red). Dari hal ini dia pun tersadar, bahwa beberapa hari belakangan ini, yang dia selalu merasa tak tenang ketika sholat, yang selalu lupa sholat tahajud , yang lupa pada targetan sholat dhuha, yang sering bangun kesiangan ketika sholat subuh, yang lupa pada tilawatil Al Qur’an, yang lupa pada bilangan roka’at salam. Semua itu ternyata penyebabnya adalah dia diganggu oleh syaitan.
Teman, pernahkah mengalami hal-hal tersebut diatas? Kalau iya, mari kita sama-sama beristigfar pada Alloh dulu, astagfirullohal ‘adzim, ya Alloh, ampunilah segala dosa kami.., kalau tidak, semoga terus dijaga segala apa yang dilakukan karena Alloh.
Kita tidak bisa memungkiri bahwa aktivitas yang padat akan menguras waktu kita. Mungkin kalau dianalogikan waktu 24 jam itu tidak akan cukup dengan berbagai aktivitas yang kita lalui. Apalagi kalau kita adalah seorang yang selalu punya targetan prestasi yang harus diraih, impian – impian besar yang ingin tercapai, dan kerja-kerja luar biasa yang kita rencanakan. Tapi, sekali lagi, bagaimana jika itu berbuah kekosongan? Bagaimana jika prestasi yang kita raih tak terisi oleh keberkahan Alloh? Agak serem ya, tapi ya memang seperti itu. Ada harga yang harus dibayar, ketika seseorang ingin menerima sesuatu besar terjadi pada dirinya. Ada pengorbanan yang harus dikeluarkan ketika kegiatan-kegiatan berlangsung. Semakin banyak pengorbanan itu akan berpengaruh pada pengorbanan yang lain. Pilihannya adalah pengorbanan mana yang dipilih, pengorbanan yang baik di mata manusia atau pengorbanan baik dimata Alloh. Silakan dipilih sendiri ya.
Kita sejatinya adalah orang-orang yang berjalan sama, sama-sama tertatih untuk diberi tempelan-tempelan dari Sang Maha Pemberi rezeki dan ujian sampai nanti ketika sang waktu terhenti dan yang tersisa hanya amalan pribadi. Karena kita adalah muslim sejak ruh kita ditiupkan dikandungan ibunda, jadi bagaimanapun kita saat ini, kita adalah seorang hamba, yang tugasnya hanya menghamba pada yang maha Esa, Alloh SWT. Ini ada sebuah ayat dari sekian ayat di al Qur’an, kalau perlu referensi lebih banyak silakan dibuka, dibaca dan dipahami al Qur’annya masing-masingya,
“Katakanlah,”jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya,dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan rasul-Nya, serta berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberi keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang fasik. (QS. At-Taubah:24)
ditulis oleh Siti Lutfia Masruroh
#KolaborasiKarya #ProjekBersama #BerbagiInspirasi #MenjemputRamadan
Dia adalah salah satu mahasiswa terbaik dikampusnya. Dia adalah mahasiswa yang multitalenta, bukan hanya dibidang akademik tapi juga berbagai lomba regional atau nasional entah yang berbau seni atau ilmiah. Semuanya dia lakoni, hingga dipenghujung dia lulus dari kampus tersebut, dia dinobatkan menjadi mahasiswa berprestasi. Hebat bukan? Sangat. Tapi tunggu, ada hal lain yang belum selesai dari kisah ini, suatu ketika, dia datang pada seorang teman dan bercerita tentang apa yang sejujurnya dia alami. Dia merasa kosong. Ada suatu hal yang hilang dari jiwanya. Dia merasa bukanlah yang dulu, yang ketika di pondok pesantren merasakan atmosfer ketenangan hati. Dia sedikit demi sedikit berubah. Dia rapuh. Jiwanya rapuh. Dan itu dia rasakan dari hari ke hari. Hingga akhirnya dia tak tahan dan datang pada salah seorang ustadz terkemuka di daerah tersebut. Sang ustadz pun tahu apa yang dia butuhkan, hingga akhirnya dia pun diru’yah (diobati dengan membacakan ayat2 Al Qur’an-red). Dari hal ini dia pun tersadar, bahwa beberapa hari belakangan ini, yang dia selalu merasa tak tenang ketika sholat, yang selalu lupa sholat tahajud , yang lupa pada targetan sholat dhuha, yang sering bangun kesiangan ketika sholat subuh, yang lupa pada tilawatil Al Qur’an, yang lupa pada bilangan roka’at salam. Semua itu ternyata penyebabnya adalah dia diganggu oleh syaitan.
Teman, pernahkah mengalami hal-hal tersebut diatas? Kalau iya, mari kita sama-sama beristigfar pada Alloh dulu, astagfirullohal ‘adzim, ya Alloh, ampunilah segala dosa kami.., kalau tidak, semoga terus dijaga segala apa yang dilakukan karena Alloh.
Kita tidak bisa memungkiri bahwa aktivitas yang padat akan menguras waktu kita. Mungkin kalau dianalogikan waktu 24 jam itu tidak akan cukup dengan berbagai aktivitas yang kita lalui. Apalagi kalau kita adalah seorang yang selalu punya targetan prestasi yang harus diraih, impian – impian besar yang ingin tercapai, dan kerja-kerja luar biasa yang kita rencanakan. Tapi, sekali lagi, bagaimana jika itu berbuah kekosongan? Bagaimana jika prestasi yang kita raih tak terisi oleh keberkahan Alloh? Agak serem ya, tapi ya memang seperti itu. Ada harga yang harus dibayar, ketika seseorang ingin menerima sesuatu besar terjadi pada dirinya. Ada pengorbanan yang harus dikeluarkan ketika kegiatan-kegiatan berlangsung. Semakin banyak pengorbanan itu akan berpengaruh pada pengorbanan yang lain. Pilihannya adalah pengorbanan mana yang dipilih, pengorbanan yang baik di mata manusia atau pengorbanan baik dimata Alloh. Silakan dipilih sendiri ya.
Kita sejatinya adalah orang-orang yang berjalan sama, sama-sama tertatih untuk diberi tempelan-tempelan dari Sang Maha Pemberi rezeki dan ujian sampai nanti ketika sang waktu terhenti dan yang tersisa hanya amalan pribadi. Karena kita adalah muslim sejak ruh kita ditiupkan dikandungan ibunda, jadi bagaimanapun kita saat ini, kita adalah seorang hamba, yang tugasnya hanya menghamba pada yang maha Esa, Alloh SWT. Ini ada sebuah ayat dari sekian ayat di al Qur’an, kalau perlu referensi lebih banyak silakan dibuka, dibaca dan dipahami al Qur’annya masing-masingya,
“Katakanlah,”jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya,dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan rasul-Nya, serta berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberi keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang fasik. (QS. At-Taubah:24)
ditulis oleh Siti Lutfia Masruroh
#KolaborasiKarya #ProjekBersama #BerbagiInspirasi #MenjemputRamadan
Comments
Post a Comment