Posts

Mengingat Allah

Bagaimana rasanya ketika kita tidak sengaja bertanya sesuatu, kemudian langsung Allah jawab seketika dan nyata? Bagaimana rasanya jika kita menemui kejadian yang masyaalah luar biasa dan kita adalah pemeran utamanya? Bagaimana rasanya ketika Allah menegur secara langsung dengan cara yang sangat luarbiasa spektakuler? Ahad 30 April 2017, usai menemani, berdiskusi, dan sharing ilmu dengan teman-teman pecinta literasi di kampus cagar alam UNEJ (Hehe ini sebutan saya sendiri maaf kalau kliru) telepon genggam saya berdering riang. Diseberang jalan terdengar suara “Nak di? Aku udah sampai, cepetan kesini” tanpa ba bi bu saya tancap gas menuju lokasi yang dimaksud. Padahal acara belum ditutup dengan sempurna. Maklum jadwal padat hihihi sombong.  Ya, hari ini saya diamanahkan Allah untuk mendampingin mama muda untuk meliput acara spektakuler. Perhelatan akbar, terunik, dan terkece di Jember saking kecenya ‘bajak laut’ datang untuk meramaikan. Alkhamdulillah acara berlangsung

Mempersiapkan Habis Kontrak

                Pak Joni adalah kepala rumah tangga dari satu istri dan 3 anaknya. Dia juga sebagai karyawan disalah satu perusahaan ternama di Jawa Tengah. Gajinya lebih dari cukup. Cukup untuk beli susu si kecil, cukup untuk kredit motor, cukup untuk beli baju istri dan ketiga anaknya. Pokoknya cukup diatas cukup. Sepintas seperti keluarga idaman setiap orang. Surga dunia.                 Akan tetapi ada satu titik kebahagiaan yang terlupa oleh pak Joni. Ada pazel bahagia yang lupa pak Joni pasang. Tabungan. Simpanan. Iya setiap gajian tiba pak joni dan keluarga hampir membahagia dengan aneka kebutuhan fashion dan hiburan diri. Beli ini beli itu. Liburan kesana liburan kesini. Hingga suatu ketika pak Joni menjadi salah satu korban PHK perusahaan. Gaji   hidup yang semula kecukupan menjadi terbalik 180 derajat. Kaget? Jelas, frustasi,   semoga tidak sampai bunuh diri.                 Berangkat dari kisah pak joni, ada hal menarik yang ingin saya sharingkan disini yaitu tentan

Panas Hati

Image
Panas hati atau biasa kita menyebutnya dengan I-R-I adalah salah satu sikap tidak mampu menerima atas apa yang dilakukan, didapat, dan diperloleh saudara kita. Pernah merasa? Ah, saya sering sekali. Nah lho?! Bolehkah kita ber-panas hati? Tentu SANGAT BOLEH!. LOH??? Hampir setiap hari saya berpanas hati terhadap mereka yang dengan ringannya memberikan apa saja yang dipunya. Suatu   hari ini ketika saya mengikuti sebuah acara. MC menginformasikan bahwa yayasan sedang membangun cabang baru namun masih kekurangan beberapa peralatan dan material, jika ditotal kira-kira 30sekian juta. Juta bukan ribu. Dengan tanpa babimu ada salah satu peserta yang tidak mau disebutkan namanya mentransfer sejumlah uang yang jumlahnya melebihi perkiraan MC tadi ke rekening yang ditampilkan di layar. Masyaallah. Lagi, saya sering menemui mereka yang terbatas dari segi ekonomi, namun masih sempat membawa bungkusan nasi kemudian dibagi-bagi untuk pemulung, tukang becak, dan kawan-kawannya.

Mempositifkan Fikir Dalam Hidup

Image
Gula itu manis, kopi itu pahit agar lebih berasa maka perlu perpaduan keduanya. Sama kayak hidup, kalau bahagia mulu kayaknya gak seru, perlu belokan dan tanjakan biar kitanya yang jalanin hidup lebih mateng.   Mateng lho ya jangan sampek 'kendalon' kalau bahasa jawanya. Ntar jadinya gak enak.   Bukankah   jalan tol juga ada belokannya??? Kadangkala kita mengeluh tetang ketidak enakan hidup. Bahkan tidak jarang kita mencerca Allah. “Allah tak sayang lagi sama aku”, “Allah tidak sudi mengabulkan doa ku” , “Ngapain sholat dan ibadah toh Allah juga gitu-gitu aja sama kita” Astaqfirullah. Tidak sadarkah kita kalau ucapan kita dapat membuat Allah murka? Tidak sadarkah kita nafas yang kita hirup setiap hari pemberian-Nya? Mata, hidung, kaki, dan tetek bengek laiinya bukankah ini pinjaman? Masih mau bilang Allah gak sayang sama kita? Istiqfar broo. Jangan sampai masalah kecil yang kita hadapi lantas membuat kita lupa akan nikmat Allah. Jangan sampai lantaran hati mulai terteka