Mengingat Allah



Bagaimana rasanya ketika kita tidak sengaja bertanya sesuatu, kemudian langsung Allah jawab seketika dan nyata?
Bagaimana rasanya jika kita menemui kejadian yang masyaalah luar biasa dan kita adalah pemeran utamanya?
Bagaimana rasanya ketika Allah menegur secara langsung dengan cara yang sangat luarbiasa spektakuler?

Ahad 30 April 2017, usai menemani, berdiskusi, dan sharing ilmu dengan teman-teman pecinta literasi di kampus cagar alam UNEJ (Hehe ini sebutan saya sendiri maaf kalau kliru) telepon genggam saya berdering riang. Diseberang jalan terdengar suara “Nak di? Aku udah sampai, cepetan kesini” tanpa ba bi bu saya tancap gas menuju lokasi yang dimaksud. Padahal acara belum ditutup dengan sempurna. Maklum jadwal padat hihihi sombong. 

Ya, hari ini saya diamanahkan Allah untuk mendampingin mama muda untuk meliput acara spektakuler. Perhelatan akbar, terunik, dan terkece di Jember saking kecenya ‘bajak laut’ datang untuk meramaikan.

Alkhamdulillah acara berlangsung sukses dan meriah. Seperti biasa eh salah tidak seperti biasa kita langsung menggarap hasil reportase saat itu juga. Lama berdiskusi memilih diksi yang tepat dan padu padan kata yang pas, akhirnya selesai sudah dua setengah naskah. Pasalnya yang setengah dikerjakan sama si bos besar. Makasih bos semoga segera kelar dan naik cetak.

Saking seriusnya kita menggarap naskah (siiih macam reporter sajah :D) sampai-sampai kita lupa kalau hak perut belum tertunaikan. Makanlah kita, semua dimakan kecuali abang penjual dan piring hidangan, mungkin efek lapar dan efek beban hidup yang tak kunjung pudar hahaha apaan seh. Matahari terik menyengat, tidak ada tanda-tanda kalau akan turun hujan. Kita santai menyantap bakso atom yang terkenal seatero jember (pliiis ini bukan endorse) tapi kalau mau digratisin sama ownernya boleh juga hehehe.

“Aku pulang bareng sampaian ya mbak, suamiku ada agenda” katanya merayu 

Kepala saya mengangguk tanda mengiyakan. Pulanglah kita, seperti biasa kalau dua manusia ini bertemu mulut tidak pernah tertutup. Ngomong ngalor-ngidul, dari bahas masalah naskah hingga nikah #eh. Maklum saya adalah tim termuda dan terkecil semua sudah berkeluarga dan bernak pinak. Maka gak heran kalau saya adalah sasaran bulian. Aseeek. 

“Gak mampir dulu tah?” katanya di depan gerbang rumah.

“Gak dah mau puang, capek pingin tidur” jawab saya sok sok an capek padahal capek beneran hahaha.

Pulanglah saya menyusuri kota Jember seorang diri seraya meratapi nasib yang sungguh luar biasa ini #lebay. Cuaca yang semula terik menyengat berubah menjadi gelap, gelap, gelap, dan gulita. Saya masih santai, cuek tidak mengenakan jas hujan. Pikir saya "halah cuma mendung paling gak hujan". Tepat pukul 15.15 di Pasar Gebang hujan turun kletok-kletok mengenai muka, sakitnya macam dihianati kamu dan dilempar batu tetangga sebelah #Curhat hehehe.

Jas hujan saya pakai. Hujan melebat. Seperti biasa nasihat guru saya terngiang. Jalan adalah tempat pembalasan sebelum di akhirat kelak. Kita tidak tahu apa yang terjadi saat dijalan. Maka ingatlah Allah. Saya mencoba memurojaah beberapa ayat yang saya hafal. 

Hujan semakin melebat ditambah angin dan sedikit kilat. Niat hati ingin berteduh tapi raga saya menolak karena sudah terlanjur basah kuyup. Praaak ….. di depan saya hampir terjadi kecelakaan, ada mobil sedan macet ditengah jalan disusul sepeda motor yang hampir menyruduk. Saya pelankan kecepatan. Biasanya minimal 60km/jam ini hanya 20km/jam persis jalannya cacing yang lagi bunting. Angin semakin kencang, beberapa baliho berhamburan dijalan, tiang listrik gak berhenting dangdutan macam mbak Inul yang ngebor di tipi sebelah. Saya tetap memutuskan meneruskan perjalanan sambil komat kamit memurojaah beberapa hafalan. 

Ya Allah tinggal sedikit lagi sampai kosan, selametin Dyla, Dyla masih jomblo ya Allah  (doa macam apa coba ini) hahaha.

Bety, sepeda saya mulai oleng saking kencengnya angin. Pohon disepanjang jalan seperti tidak terima tiang listrik dangdutan sendirian. Alhasil semua riuh bergoyang macam orkes tuju belasan. Langit menghitam sesekali kilat menyambar pelan. Sementara angin tetap riuh tak sopan. Sumpah rasanya seperti di film final destination. NGERI!!.

“Kayaknya bakal ada sesuatu yang terjadi” batin saya
“Al Haqqah, Mal haqqah…” saya kembali memurojaah 

Praaaaak Bruuk…
Batang segede paha jatuh mengenai lengan kanan saya. Sakit??? Awalnya sih gak sama sekali setelah sampai lampu merah Patrang mulai terasa nyerinya.
“Mbak gak kenapa-kenapa tah?” kata bapak-bapak yang sengaja menghentikan laju kendaraan saya.
“Gak pak,Cuma nyeri” jawab saya sambil mengaduh
“Ini lho batangnya, tadi nyungsep di sepeda saya juga”

Subkhanallah wal hamdulillah wala illa haillallah huallah huakbar, saya baru tersadar Allah menjawab pertanyaan saya langsung. Tau kan surat yang saya abaca? Alhaqqah artinya hari kiamat, Mal haqqah artinya apa itu hari kiamat? Maka Allah tampakkan dengan jelas keributan alam sore ini, hujan, petir, angin, tiang listrik segede pohon trembesi bergoyang, batang pohon sepanjang jalan banyak terserak di jalan, daun-daun terurai dari batangnya dan langit menghitam. Jika tidak salah jarak pandang saya tidak sampai satu meter sore itu. Karena saya min dan helm saya sedikit burek maka saya terpaksa membuka kaca helm, alhasil muka saya rasanya kayak dikeroyok 70ribu orang #lebay hehe.

Kejadian ini sekaligus menjadi pengingat bagi saya, bahwasannya mati itu pasti, dan senantiasa mengintai disetiap gerak dan desah napas kita. Waktu dijalan saya sempat berfikir jangan-jangan saya akan mati. Jangan-jangan malaikat izroil sudah di jok belakang sepeda motor saya. Serius saya beneran takut karena suasananya masyaallah luar biasa. Oleh karenanya, mulai sekarang, detik ini mari sering-sering mengingat Allah, ingat disetiap aktifitas kita. Setidaknya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang dan jika sewaktu-waktu malaikat bertamu kita masih memiliki harapan khusnul hotimah. Aamiiin.

Saya sangat iri dengan mereka yang memiliki banyak hafalan. Beruntunglah bagi mereka yang banyak hafalan qur-an bisa murojaah disetiap saat terutama dijalan. Beruntunglah pula mereka yang pandai membaca hibroh (pelajaran) disetiap kejadian. Setidaknya dengan dua hal tersebut  kita lebih hati-hati dalam bertindak dan senantiasa menghadirkan Allah dihati dan langkah kita. 
Ingatlah  Allah dirumah, jalan, tempat kerja, dimanapun agar Dia beserta malaikatnya melindungi dan menjaga kita. Semoga kita termasuk hamba-Nya yang dicintai dan diridhoi.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

KARAKTERISTIK HUMAS

MACAM-MACAM HUMAS

Bagian-Bagian Surat