Panas Hati
Panas hati atau biasa
kita menyebutnya dengan I-R-I adalah salah satu sikap tidak mampu menerima atas
apa yang dilakukan, didapat, dan diperloleh saudara kita. Pernah merasa? Ah,
saya sering sekali. Nah lho?! Bolehkah kita ber-panas hati? Tentu SANGAT
BOLEH!. LOH??? Hampir setiap hari saya berpanas hati terhadap mereka yang
dengan ringannya memberikan apa saja yang dipunya.
Suatu hari ini ketika saya mengikuti sebuah acara. MC
menginformasikan bahwa yayasan sedang membangun cabang baru namun masih
kekurangan beberapa peralatan dan material, jika ditotal kira-kira 30sekian
juta. Juta bukan ribu. Dengan tanpa babimu ada salah satu peserta yang tidak
mau disebutkan namanya mentransfer sejumlah uang yang jumlahnya melebihi
perkiraan MC tadi ke rekening yang ditampilkan di layar. Masyaallah.
Lagi, saya sering
menemui mereka yang terbatas dari segi ekonomi, namun masih sempat membawa
bungkusan nasi kemudian dibagi-bagi untuk pemulung, tukang becak, dan
kawan-kawannya. Ada juga yang selalu memberikan senyuman kepada siapapun yang
ditemui berbarengan dengan salam tulus ikhlas terucap dari bibirnya. Masyaallah.
Iya, saya iri, sangat
iri dengan mereka yang dengan tulus mendermakan sebagian harta tanpa berfikir
kurang, waswas, atau bimbang.
Saya iri dengan mereka yang
tetep kekeh berbagi meski keterbatasan hidup terus menghimpit dan menyempit,
Saya iri dengan mereka
yang tetap tersenyum lebar dengan salam ikhlasnya meski beban hidup melilit
fikir,
Saya sangat iri dengan
mereka yang terus bertambah kebaikannya, sementara diri ini masih tak berkutik
selangkah pun,
Saya masih ingat ketika sang guru TPA bercakap
bahwasannya berbagi saat lapang itu biasa, yang luar biasa itu berbagi saat
sempit.
“Milik kita itu yang
kita bagi, bukan yang kita tahan, jika kamu ingin memilikinya lebih banyak lagi
maka bagilah”
Iya, iri dalam kebaikan
terlebih amal menurut hemat saya sangat boleh dan wajar. Karena dengan begitu
kita mampu untuk lebih memperbaiki kualitas diri dan semangat menambah
pundi-pundi amal. Yang tidak boleh itu adalah panas hati terhadap kebahagiaan
saudara kita. Panas hati ketika saudara kita mendapat rejeki.
Jangan
sampai saudara kita membeli kulkas kitanya yang kedinginan. Atau saudara kita
yang beli kompor kitanya yang kebakar. Ini panas hati yang tidak boleh dilaku
oleh kita orang.
Comments
Post a Comment