KEKEN
Hai gaes, kali ini
gue akan berkisah cieleh berkisah, iyes gue akan berkisah tentang sahabat gue
si keken. Bisa dibilang si keken ini sahabat dunia akhirat gaes. Gue sama dia gak bisa terpisahkan walau gunung terbelah dan samudra terpecah. Alay
banget gue hahaha. Kayak amplop sama perangko gitu. Dimana ada keken disitu
akan ada gue. Akan aneh rasanya jika keken ada tapi gue gak ada atau
sebaliknya. Yes keken is the best friends
who i have gaes. Gue sayang banget sama si keken ini. Gue gak ingin dan gak akan berpisah sama si keken. Entah ini karma atau kutukan yang jelas gue nyaman
banget deket dengan keken. Sorry gaes kalau bikin
kalian cemburu. Gue gak bermaksud seperti itu. SUMPAH gue
sengaja. Hehehe.
Yes, mari gue
kenalin sama sahabat dunia akhirat gue yang satu ini. namanya Kekentut Widya
Kusuma Jaya Putra Sastra Negara Hardiningrat. Keren kan namanya? Nama kalian
aja kalah jauh! Kok nama kalian nama gue? Jelas kalah lah. Kekentut Widya
Kusuma Jaya Putra Sastra Negara Hardiningrat adalah sebuah nama yang gue
dedikasikan untuk sahabat gue yang tak lain dan tak bukan adalah KENTUT gue.
Hehehe. Kenapa? kalian gak terima nama kentut
gue jauh lebih bermartabat dari pada nama loe? Insaf gih insaf istigfar gaes.... istigfar... kalian harus terima
kekalahan ini #Alay.
Ngomongin masalah
gue dan si keken emang tiada matinya gaes. Sejak gue SMK hingga sekarang si
keken gak habis-habisnya bikin gue malu setengah mati. Pernah waktu itu
pas gue masih unyu-unyunya, jaman putih abu-abu. Gue menghadap kepala sekolah
untuk pengajuan proposal bazar exspo
kelas meeting. Maklum gini-gini sejak SMK
udah aktifis gue, jadi wajarlah kalau gue banyak fans hehehe. Yes, berhubung
waktu itu ketua OSIS gue si Daniek lagi PSG (Program Sekolah
Ganda) otomatis gue sebagai wakilnya rela pasang badan maju menghadapi
bapak kepala sekolah seorang diri.
“Acaranya kapan?
Berapa hari?” tanya si bapak dengan lembutnya.
“Satu Pekan pak,
mulai tanggal 7 pak”
“Ada sponsornya atau
gimana ini kok anggaranya seperti ini?”
“Untuk sponsor kami
dari OSIS masih berusaha pak”
Seperti itulah
kira-kira percakapan kami waktu itu. Tiba-tiba disaat si bapak ngomongin
masalah anggaran tak disengaja si keken keuar dengan suara yang sangat halus.
Ceeeessssss. Gue yang tau akan kehadiran si keken pasang muka stay cool. Pura-pura tidak terjadi
apa-apa. Si bapak kepala sekolah mulai merasa terganggu dengan kehadiran si
keken. Batuk-batuk gak jelas dan sesekali menutup hidungnya
dengan tangan. Gue? Tetap stay cool
dan pasang muka bloon (Dasar Murid Kurang Ajar hahahaha).
“Bapak sakit?” tanya
gue polos, lebih tepatnya pura-pura polos.
“Ok, ini saya ACC
uangnya diambil di pak Pur ya (Pak Pur itu bendahara sekolah gaes)” kata beliau tanpa menjawab pertanyaan gue.
“Iya pak
terimakasih”
Wajah gue sumringah
luar biasa. Ibarat kayak minum es ditengah gurun sahara. Gue berpamitan sama
kepala sekolah gue. Gue cium tanganya sambil tak henti-hentinya ngucapin
terimakasih banyak. Disaat mau keluar ruangan, pas gue buka pintu, langkah gue terhenti.
“Dyl lain kali kalau
kentut pada tempatnya ya, dada saya sesak gara-gara kentut kamu. Silent but deadly”
Gue hanya nyengir
dan bilang maaf begitu saja. Keesokan harinya kabar tentang kepala sekolah yang
gue kentutin menyebar hingga sudut-sudut kelas. Guru-guru, siswa-siswa, hingga
ibu kantin tak henti-hentinya memuji akan keberanian gue. Lebih tepatnya bukan
memuji tapi menghakimi hahaha.
Sebenarnya itu bukan
kali pertama gue dan si keken berulah. Pernah
waktu itu pas pelajaran PKN (Pendidikan Kewarganegaraan). Ibu Titik yang kebetulan mengajar. Ibu guru cantik nan sabar yang pernah
gue temui. Saking sabarnya gue pernah disayang alias jewer karena ramai.
Hehehe. Pelajaran Bu Titik kebetulan pas
jam terakhir gaes, otomatis konsentrasi gue pecah sudah.
Antara capek, lemas, letih, lesu, lapar dan letoi. Ditambah waktu itu
cuaca sedang tidak bersahabat.
Panas terik, dan
waktu itu ada Ulangan harian. Heeem lengkap sudah penderitaan gue. Ulangan
harian soal 15. Isian semua tanpa
ada pilihan ganda. Ibarat mati enggan hidup tak mampu. Jeng ....jeng.... yang keluar kebanyakan
pasal-pasal, Undang-undang, dan deretan angka yang sama sekali
tidak ada sedikitpun memori otak yang menyimpannya. Alamat remidi sudah.
Gue lemah dalam menghafal gaes. Tapi tidak kalau menghafal piutang dan kenangan
eaaaaaa.
Untung aja ulangan
hari itu tidak setengah-setengah. Biasanya si ibuk selalu membuat dua sesi jika
ulangan. Absen 1-18 sesi 1, 19-36 sesi dua. Gue bersyukur banget karena gue
masih bisa nyontek temen sebelah gue. Hehehe.
Suasana sunyi
senyap, hening. Teman-teman mengerjakan dengan serius. Gue? Seperti biasa mainin bolpoin sambil mringis-mringis gak jelas.
“Dyl udah selesai?”
tanya Bu Titik.
“Hehe belum bu”
“Kok senyam-senyum
lagi bahagia to?”
“Ndak bu, anu bu
saya...”
Tiba-tiba mulut gue
terkunci dan mata gue melotot. Reflek. Si keken
keluar dengan kerasnya. DUUUTTTTT!!. Udara seketika berubah. Dari yang
semula segar menjadi busuk tak tertahankan. Suasana pun berubah dari yang
hening menjadi gemuruh batuk tak tertahankan. Kertas yang semula tertindih
bolpoin sekarang melayang-layang mengusir bau tak sedap.
Gue lega. Akhirnya
si keken keluar dengan dasyatnya. Setelah dua hari dia menghilang entah kemana.
Akhirnya dia keluar juga. Keken gue merindukanmu. Kitapun berpelukan layaknya
sahabat yang lama tak bertemu yang saling merindukan.
Si keken sesenggukan menahan haru. Sementara gue dan teman-teman sekelas juga Bu Titik sesenggukan menahan bau.
Berkat kehadiran si
keken Ulangan harian kali ini dibatalkan dan soal dibuat PR. Gue? Ausli riang
gembira. Bu titik yang gak tahan aroma dasyat si keken buru-buru
keluar setelah menceramahi gue panjang kali lebar kali tinggi. Sementara
teman-teman gue? Ikut menceramahi gue setelah say thank karena gak jadi ulangan.
Hehehe. lagi-lagi keken membawa berkah bagi hidup gue. Selalu ada jalan bagi
hamba yang belum belajar saat ulangan. Terima kasih si keken, berkat si keken
ulangan ditunda hatipun bahagia. Hahaha.
Iyes, dua kejadian itu tadilah yang
membuat persahabatan gue dan si keken semakin erat. Dimanapun gue berada
sikeken selalu membersamai. Gak di sekolah, di
rumah, dikosan, ataupun di jalan raya. Oya gue punya kisah yang gak kalah gila bareng si keken ketika di jalan raya.
Waktu itu gue mau berangkat ngajar.
Hehehe gini-gini gue guru gaes. Gak usah kaget ya. Kebetulan kos gue letaknya
sangat strategis. Dekat pasar, jalan raya, bank, rumah sakit, kantor pos dan
juga lampu merah. Biasa gue berangkat dari kos jam 6.30 tapi hari itu gue
kesiangan. Pukul 6.50 gue baru berangkat. Beruntungnya gue, pas di lampu merah ada operasi alias tilangan.
“Tamatlah riwayat gue” gumam gue
dalam hati waktu itu.
Meskipun umur udah
memasuki kepala dua, tapi hingga detik ini gue belum memiliki SIM hehehe. Plis
jangan ditiru dan jangan dibilangin polisi yes. Tolong kerjasamanya. Ok!. Lampu
pas merah. Pak polisi dengan gagah berdiri disamping gue diatas marka jalan.
Gue berlagak biasa. Stay cool. Tapi
entah kenapa tiba-tiba mulut gue berucap aneh sama si polisi.
“Pak lampunya kok gak hijau-hijau seh pak? Lama banget!”
“Sabar mbak, ada
waktunya merah, kuning, hijau”
“Aduh pak keburu
telat pak” kataku gak sabaran.
“Sabar tah mbak
daripada sampean lurus gak selamat, tunggu sebentar lagi mbak, itu sudah mau
waktunya hijau, sampean mau kemana kok buru-buru?”
Mesin gue nyalain,
lampu sudah keding-kedip diwarna kuning. Kebetulan saat itu gue termasuk salah
satu pengguna jalan yang selamat dari operasi. Ternyata polisi-polisi hanya
memeriksa mobil-mobil pick up dan truk-truk pengangkut barang. Kedua target
polisi tersebut berada di sebelah dan belakang gue.
Disaat gue mau jawab
pertanyaan pak polisi tiba-tiba si keken keluar dengan kerasnya. PRET!
Otomatis, sopir pick up dan truk di samping dan belakang gue terkekeh-kekeh
termasuk pak polisi.
“Oalah sampean
buru-buru karna mau kentut tah mbak, hahaahahaha”
Karena saking
malunya dan kebetulan lampu sudah hijau, gue langsung tancap gas begitu saja.
Esok harinya waktu berangkat sekolah juga, gue ketemu dengan polisi yang sama.
Gue mringis dan si polisi tak kalah mringis dan nahan tawa.
“Mau kentutin saya
lagi mbak??”
Gue hanya bisa
nyengir menahan malu. Hiyeeeh si keken... si keken terkadang kau menjadi juru
selamat gue, tapi tak sedikit juga kau membuat gue malu dimuka umum. Sebagai
artis (artis kamar mandi) gue malu ken keken. Plis mengertilah aku. Keluarlah
disaat yang tepat. Plis mengerti aku. #Alay.
Begitulah kisah persahabatan gue dengan si Kekentut Widya Kusuma Jaya Putra Sastra
Negara Hardiningrat. Ada suka dan duka, kebanyakan duka sih sebenarnya. Tapi
gue nikmati. Seperti apapun si keken dia tetap bagian dari hidup gue yang tak
terpisahkan. Berkat si keken pula gue selalu diinget oleh kepala SMK gue hingga sekarang. Berkat si keken pula
gue bisa kenal akrab dengan pak polisi maco #Uhuk. Berkat si keken pula gue
bisa hidup sampai sekarang. Gue gak bisa bayangin jika si keken gak keluar dari hidup gue. Mungkin sekarang gue tak lagi hidup. Gimana
bisa hidup??? Jika kentut aja gak bisa.
Bersyukurlah gaes.
Terkadang sesuatu yang kalian anggap remeh dan benci bisa menyelamatkan kalian
dari bahaya maut dan kesempitan. Iyes, bersyukurlah bagi kalian yang bisa
kentut dan berterima kasihlah padanya. Karena kalian berhutang banyak pada si
kekentut.
Keken makasih banyak
ya, kau memang tiada duanya kalau bikin malu. Ini terimakasih gue pada keken,
mana terimakasih kalian??? Hahahaha.
Comments
Post a Comment